The Last Triangle Chapter 2 : Welcome To Kyoto!

Sabtu, 21 Januari 2012

| 0 komentar
Hiruk pikuk bandara internasional kansai, osaka, menggema hingga keruang tunggu bandara, seorang pemuda yang rapi dengan jas hitam dan menenteng tas terlihat seperti menunggu seseorang, sepertinya ia telah menunggu lama karna dari tadi ia hanya memelototi jam dinding berukuran besar yang terpampang di ruang tunggu bandara yang masih menunjukan jam 09.15 pagi waktu setempat. "bocah sialan, awas kau nanti" gerutu pemuda tersebut.

"sepupuku, kau sudah sampai ya" sapa ryuk dengan senyum jahil dan wajah yang seakan tak bersalah, ternyata arok dari tadi menunggu ryuk menjemputnya, sebenarnya arok sudah pernah beberapa kali ke kyoto bersama kakek kenichi beberapa waktu silam namun saat itu ia masih kecil dan sudah tidak mengingatnya, mungkin satu-satunya tempat yang arok ingat hanya toko mie ramen yang sudah tua yang ada di seberang rumah kakek kenichi karna ia sering diajak kakek kenichi ketempat tersebut, kini rumah itu sedah lama ditinggal penghuninya setelah kakek kenichi pindah ke indonesia.

"kau ingin kubunuh ya!" arok yang dari tadi kesal karna ryuk terlambat 15 menit untuk menjemputnya.

"hei yang sopanlah sedikit, bocah sombong, kau ini baru tiba, mana pelukan untukku, biarpun bagiku kau menyebalkan kau tetaplah sepupuku" ryuk hanya menaggapinya dengan acuh tak acuh sambil melirikan matanya kearah arok dan  membentangkan kedua tangannya seperti memberi isyarat, "bocah tengik" arok pun memeluk ryuk kedua pemuda itupun  melepas rindu karna sudah 7 tahun mereka tidak bertemu sejak terakhir kali ryuk menjenguk arok di Indonesia.walaupun mereka sering bertengkar namun keduanya seperti memiliki chemistry sebagai rekan dan sahabat yang memiliki perpaduan yang langka.

"sudah 7 tahun kita tidak bertemu kau tidak berubah, wajahmu masih menjengkelkan" ejek ryuk sambil membawakan tas hitam milik arok ke taksi yang sudah ia pesan, "sudahlah aku lelah, aku ingin segera beristirahat" sahut arok dengan tidak memperdulikan ryuk, ia membuka pintu taksi dan segara masuk. "kau ternyata masih menjengkelkan, padahal kau akan merepotkan ku disini"

The Last Triangle Chapter 1 : The Nightmare (part 3)

Kamis, 19 Januari 2012

| 0 komentar
"Kriiinnggg kriiiinngggg. Kriiinggg krinnngggg" suara telepon putar klasik yang sudah tua berdering nyaring sekali, memecah suasana pagi yang hening dan senyap, Ryuk yang masih tertidur pulas segera menutup wajahnya dengan bantal tidurnya karna tak ingin tidurnya di ganggu oleh siapapun, tetapi telepon terus berdering, dengan mata yang masih mengantuk serta rambut urak-urakan Ryuk perlahan membuka kedua matanya, pandangannya masih kabur tapi ia tetap memaksakan diri untuk bangun, "ahhhhh siapa pagi-pagi begini sudah menelepon, mengganggu saja" sambil sempoyongan seperti orang yang linglung ia melangkah ke telepon yang berdering sejak tadi yang jaraknya sekitar tujuh kaki.

"haloooo, siapa iniii, pagi2 sudah mengganggu" dengan suara agak jengkel dan masih dalam keadaan mengantuk ryuk menjawab telepon. "haha cucuku, kau selalu bangun terlambat, ini sudah jam 9 pagi" ujar kakek kenichi dengan tertawanya yang khas, "ahhhh kakek mengganggu ku saja, aku hampir semalaman tidak bisa tidur karena lembur kek"

"cucuku, arok akan ke jepang, dan akan tinggal bersamamu di kyoto" kakek kenichi sepertinya akan mengagetkan Ryuk, benar saja, "apaaaaaaa! bocah sombong itu akan tinggal bersamaku?? tidaakkk tidak kek, biar dia tinggal di apartemen lain saja" ryuk menggeram mendengar perkataan dari kakeknya, ryuk memang tidak pernah akur dengan arok karena mereka mempunyai karakter yang saling bertentangan. "heiiii heiii cucuku, bukankah dia sepupumu, biasakan saja hahahaha" kakek kenichi hanya tertawa "kakek ini benar-benar merepotkanku" ryuk semakin terlihat kesal ditambah tidurnya yang terganggu.

"cucuku, kali ini bantulah arok, sudah saatnya kalian bergerak" nada bicara kakek kenichi kali ini serius, ryuk yang tadinya masih mengantuk merasa seperti seperti sdisambar petir pagi hari bercampur dengan perasaan kaget karena kakek kenichi membicarakan hal yang paling rahasia di keluraga ini.

"ka ka kek serius???" ryuk seperti orang yang gagap, ia seperti berada didalam kepungan ribuan yakuza yang siap membunuhnya dengan pedang katana yang sangat tajam. "kakek rasa kalian berdua sudah mampu untuk mengemban tugas ini, kakek sudah tua dan akan segera menyusul bibimu, buatlah kakek tersenyum bangga, temukan mereka yang membantai anggota keluarga kita"

didalam hati kecil kakek kenichi ia berharap suatu hari nanti kedua cucunya berhasil membalaskan kematian dahayu, selama 15 tahun kakek kenichi menunggu waktu yang tepat. sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat bagi kakek kenichi sebelum ia meniggalkan dunia untuk selama lamanya. raut wajahnya tak bisa memendam kesedihan akan kehilangan anaknya.

The Last Triangle Chapter 1: The nightmare (part 2)

Selasa, 17 Januari 2012

| 0 komentar
Didalam sebuah ruangan keluarga yang cukup besar kenichi inoue sedang duduk santai di kursi goyang oriental klasik yang konon usianya sudah 150 tahun, ia sedang asik menyeduh teh hijau yang dikirim cucunya minggu lalu dari kyoto-jepang , "teh hijau memang tidak ada duanya, cucuku memang perhatian sekali hahaaha" ujar kakek yang sudah berusia 62 tahun ini yang gemar sekali menyeduh teh hijau, nampak dari wajahnya yang agak bulat dan memiliki kumis dan janggut yang tebal yang sudah berwarna keputihan ini terlihat sumringah sekali menikmati teh hijau, ia biasa menghabiskan waktunya di ruangan keluarga ini dengan menulis buku atau sekedar menyeduh teh hijau.

selang beberapa waktu terdengar suara derap langkah dari arah pintu ruangan ini yang tepatnya disamping kanan kakek kenichi sedang menikmati teh hijaunya, kakek kenichi seakan sudah tau siapa orang yang sedang berjalan menuju tempatnya "owh cucuku, kau sudah bangun rupanya" sapa kakek kenichi dengan ramah, tapi pemuda itu tidak menghiraukan sapaan kakek kenichi "cucuku, pag-pagi begini kau sudah terlihat berantakan, sebaiknya kau seduh teh hijau dari sepupumu ini, ini sungguh teh yang nikmat" kakek kenichi memcoba menawarkan teh hijaunya sambil tetap menyeduh tehnya.

"kek aku bosan, hampir 15 tahun aku dihantui mimpi buruk tentang kematian ibu, kakek tenang2 saja disini meminum teh hijau tanpa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi" arok menatap wajah kakeknya dengan serius, "rupanya kau bermimpi itu lagi ya, sudah lah ini masih terlalu pagi, minum saja dulu tehnya arok" kakek kenichi hanya menanggapinya dengan tertawa kecil dan tetap asyik menyeduh teh hijaunya.

"aku bukan anak kecil lagi kek, jika kakek tidak mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi, biar aku cari tau sendiri" bantah arok sambil memukul meja dengan nada marah, seketika itu juga ruangan menjadi senyap dan hening yang terdengar hanya bunyi alunan musik klasik luciano pavarotti seorang tenor dari italia yang memang menjadi idola kakek kenichi dari dulu.

"wah wah baru aku sadar kalau cucuku sudah besar sekarang hahaha" kakek kenichi hanya menanggapinya dengan tertawanya yang khas, lalu ia bangkit dari tempat duduknya menuju ke sebuah jendela yang cukup besar yang ada di belakangnya, ia membuka jendela itu dengan perlahan "lihatlah cahaya mentari pagi ini arok, cahayanya begitu menghangatkan,dunia luar begitu menakjubkan" kakek kenichi seperti menyiratkan sebuah makna.

arok hanya terpaku mendengarkan perkataan kakeknya, tapi sepertinya ia masih kesal dengan sikap kakeknya yang selalu menghindari perihal kematian ibunya "mungkin saatnya kau menjelajahi dunia luar cucuku" ujar kakek kenichi, matanya sambil menatap langit cerah, raut wajahnya seperti menghamparkan harapan kehidupan, "kakek sudah tua, dan akan segera menyusul ibumu" tiba2 raut wajahnya berubah menjadi sedih, kini ia menundukan wajahnya dan menghela nafas panjang "ya, mungkin ini saatnya kau mengetahui semuanya"

The Last Triangle Chapter 1 : The Nightmare

Jumat, 13 Januari 2012

| 0 komentar
Dahayu terpaku menatap remangnya rembulan dari atas balkon rumahnya, rumah dengan gaya arsitektur klasik dengan dua buah pilar besar yang menyangga balkon rumahnya dengan cat berwarna putih yang mulai memudar, ia tetap bergeming seperti ada yang di pikirkannya, tiba-tiba ia tersentak dan meneteskan air mata "Arok! dimana arok!dimana anakku" ia terlihat pucat pasi dan panik, ia bergegas berlari menuju lantai dasar rumahnya dengan tergopoh-gopoh "arok! arok dimana kamu!" teriaknya.

Arok terlihat asyik berlari-lari kecil mengitari sebuah meja sambil memegang sebuah robot mainan kesukaannya, ia asyik mengayun-ngayunkan tangannya sedangkan mulutnya tak henti hentinya bersuara seperti suara tembakan "dor! dor! tembak tembak!" celotehnya dengan semangat.

"arok!" dahayu berlari dan segera memeluk anaknya "arok, kamu membuat ibu khawatir" dengan suara lirih dan terisak-isak dahayu meciumi dahi dan pipi anaknya.

arok seakan bingung dan tak mengerti dengan apa yang terjadi karena tak biasanya ibunya memeluknya sambil menangis "tenang bu, arok baik-baik saja" seakan tak akan mau kehilangan anaknya, dahayu terus menangis dan memeluk anaknya dengan erat, sejanak ia menatap wajah anaknya yang terlihat bingung, dahayu memperhatikan setiap lekuk wajah anaknya yang masih berumur 5 tahun "arok, ibu sayang padamu nak, jangan membuat ibu khawatir lagi nak" suaranya semakin pelan dan serak, pelukannya semakin erat membuat arok semakin kebingungan.

tiba tiba "dor" sebuah peluru menembus kepala dahayu, darah segar menetes dari kepalanya dan membasahi wajahya, dahayu hanya tertegun denagn apa yang menimpa dirinya, dengan wajah sedih ia menatap wajah anaknya, ia mulai merasa kedinginan dan gemetar, air matanya semakin berderai "arok, arok, ibu tak ingin kehilanganmu nak" bibirnya semakin pucat dan suaranya semakin menghilang, ia terdengar seperti berbisik-bisik, sejenak ia teringat masa lalunya bersama arok, banyak hal yang ia ingat hingga membuatnya semakin berderai air mata, arok terlihat ketakutan dan menangis "Ibu, ibu kenapa!, ibuuuu".

tiba-tiba ruangan disekitar arok berputar-putar dan terpisah-pisah membentuk balok-balok rumit seperti puzzle dan ruangan tersebut menjadi gelap gulita, arok melihat ibunya sudah tidak berada dipelukannya, ibunya seperti semakin menjauh dan menjulurkan tangnanya seperti memberi sebuah isyarat, wajah ibunya terlihat sedih dan teraut sebuah penyesalan, dan kontan saja seluruh ruangan seperti terdengar suara ibunya yang menangis "arookk, jangan tinggalkan ibuu nakk" arok semakin ketakutan dan menangis kencang "ibbuuuuu, apa yang terjadi, ibuu dimanaaa, ibuuu!"

 "IBUUUUUUUUUUUU" teriak arok dengan kencang bersamaan dengan bangunnya dari tidur, wajahnya terlihat kaget bukan kepalang, matanya melotot dan badannya bersimbah dengan keringat yang mengucur dari wajahnya hingga badannya, nafasnya terengah-engah seperti dikejar-kejar sesuatu,matanya tertuju pada segelas air putih diatas meja kecil ynag ada disamping tempat tidurnya, ia meminumnya dengan cepat seperti seseorang yang tersesat dipadang pasir yang butuh air dengan segera.

"Sialan, mimpi ini lagi, hampir 15 tahun aku dihantui mimpi buruk ini" ia mengusap wajahnya masih dengan perasaan kaget.

Welcome To The Fiction Page

Set your belt and Enjoy your imagination travel !!!

Mengenai Saya

Foto saya
I'm a fictitious character

Followers

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "