The Last Triangle Chapter 1: The nightmare (part 2)

Selasa, 17 Januari 2012

|
Didalam sebuah ruangan keluarga yang cukup besar kenichi inoue sedang duduk santai di kursi goyang oriental klasik yang konon usianya sudah 150 tahun, ia sedang asik menyeduh teh hijau yang dikirim cucunya minggu lalu dari kyoto-jepang , "teh hijau memang tidak ada duanya, cucuku memang perhatian sekali hahaaha" ujar kakek yang sudah berusia 62 tahun ini yang gemar sekali menyeduh teh hijau, nampak dari wajahnya yang agak bulat dan memiliki kumis dan janggut yang tebal yang sudah berwarna keputihan ini terlihat sumringah sekali menikmati teh hijau, ia biasa menghabiskan waktunya di ruangan keluarga ini dengan menulis buku atau sekedar menyeduh teh hijau.

selang beberapa waktu terdengar suara derap langkah dari arah pintu ruangan ini yang tepatnya disamping kanan kakek kenichi sedang menikmati teh hijaunya, kakek kenichi seakan sudah tau siapa orang yang sedang berjalan menuju tempatnya "owh cucuku, kau sudah bangun rupanya" sapa kakek kenichi dengan ramah, tapi pemuda itu tidak menghiraukan sapaan kakek kenichi "cucuku, pag-pagi begini kau sudah terlihat berantakan, sebaiknya kau seduh teh hijau dari sepupumu ini, ini sungguh teh yang nikmat" kakek kenichi memcoba menawarkan teh hijaunya sambil tetap menyeduh tehnya.

"kek aku bosan, hampir 15 tahun aku dihantui mimpi buruk tentang kematian ibu, kakek tenang2 saja disini meminum teh hijau tanpa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi" arok menatap wajah kakeknya dengan serius, "rupanya kau bermimpi itu lagi ya, sudah lah ini masih terlalu pagi, minum saja dulu tehnya arok" kakek kenichi hanya menanggapinya dengan tertawa kecil dan tetap asyik menyeduh teh hijaunya.

"aku bukan anak kecil lagi kek, jika kakek tidak mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi, biar aku cari tau sendiri" bantah arok sambil memukul meja dengan nada marah, seketika itu juga ruangan menjadi senyap dan hening yang terdengar hanya bunyi alunan musik klasik luciano pavarotti seorang tenor dari italia yang memang menjadi idola kakek kenichi dari dulu.

"wah wah baru aku sadar kalau cucuku sudah besar sekarang hahaha" kakek kenichi hanya menanggapinya dengan tertawanya yang khas, lalu ia bangkit dari tempat duduknya menuju ke sebuah jendela yang cukup besar yang ada di belakangnya, ia membuka jendela itu dengan perlahan "lihatlah cahaya mentari pagi ini arok, cahayanya begitu menghangatkan,dunia luar begitu menakjubkan" kakek kenichi seperti menyiratkan sebuah makna.

arok hanya terpaku mendengarkan perkataan kakeknya, tapi sepertinya ia masih kesal dengan sikap kakeknya yang selalu menghindari perihal kematian ibunya "mungkin saatnya kau menjelajahi dunia luar cucuku" ujar kakek kenichi, matanya sambil menatap langit cerah, raut wajahnya seperti menghamparkan harapan kehidupan, "kakek sudah tua, dan akan segera menyusul ibumu" tiba2 raut wajahnya berubah menjadi sedih, kini ia menundukan wajahnya dan menghela nafas panjang "ya, mungkin ini saatnya kau mengetahui semuanya"

0 komentar:

Posting Komentar

Welcome To The Fiction Page

Set your belt and Enjoy your imagination travel !!!

Mengenai Saya

Foto saya
I'm a fictitious character

Followers

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "